Rabu, 03 Februari 2010

Saat Hujan

YUNGRA POV

Aku memandang keluar jendela melalui tempat sekarang aku duduk. Aku memandang tetesan air yang turun membasahi bumi itu. Melihat hujan yang membasahi bumi itu, membuatku teringat masa lalu. Masa laluku bersama dengan hujan.

Banyak kenangan antara aku dan hujan. Mulai dari yang menyakitkan hingga yang menyenangkan. Dan inilah kisahku dengan hujan.

Author POV

Yungra memakai gaun berwarna biru pemberian ammanya. Ia kelihatan sangat cantik. Hari ini Yungra menunggu kedatangan kedua orang tuanya untuk merayakan ulang tahunnya yang ketujuh.

2 jam sudah berlalu, cuaca yang tadinya cerahnya kini gelap, pertanda akan turunnya hujan. Yungra masih tetap menunggu kedatangan orang tuanya. Kue tart putih di atas meja sama sekali belum disentuh oleh Yungra demi menunggu kedatangan orang tuaya.

“nona” Soo man pelayan pribadi keluarga Yungra menghampiri Yungra dengan gelisah
“ada apa ajusshi?” Yungra menatap pelayannya itu
“nona” Soo man berkata lirih “orang tua anda . . .” Soo man tiba – tiba saja memeluk Yungra. Tangis Yungra pecah. Orang tuanya tidak datang kepesta ulang tahunnya. Tidak akan pernah datang.

Hujan rintik – rintik membasahi bumi hari ini. Yungra menangis di pelukkan Leeteuk pamannya. Di depannya, ada makam kedua orang tuanya. Tangis tak henti keluar dari Yungra mengahadapi kenyataan ini. Orang tuanya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya.



15 tahun kemudian.

“Mianhe” Ki bum berkata lirih
Yungra menatap pria dihadapannya dengan mata nanar “apa salahku?” Yungra berkata pelan
“Kau tidak salah. Aku lah yang salah” Ki bum berkata. “Aku telah menyakitimu. Karena itu aku memilih untuk mengakhirinya” Ki bum menatap Yungra dengan tatapan sayu.
Air mata Yungra akhirnya jatuh “Ini lebih menyakitkan. Sakit sekali Ki bum”
“Mian. Cheongmal mianhe” Ki bum menggenggam tangan Yungra.
“tetap lah bersamaku!” pinta Yungra
“Tidak bisa. Aku telah memilih bersamanya” Ki bum menggenggam erat tangan Yungra.
Yungra diam tak tahu harus bagaimana.
Ki bum bangkit dari duduknya dan berjalan kearah Yungra dan mencium keningnya “Mianhe” Ki bum pun berlalu dari hadapan Yungra.

Yungra diam tak bergeming. Hatinya begitu sakit. Sekali lagi ia kehilangan orang yang dicintainya. Sama seperti saat orang tuanya meninggal, hujan kembali turun di luar sana dengan derasnya.

2 bulan kemudian

Yungra berjalan tak tentu arah. Badannya bergetar. Hujan yang turun membasahi dirinya. Air mata yang jatuh, tersamarkan dengan hujan yang turun saat itu.

“jahat. Jahat sekali kau Ki bum” Yungra berkata pelan.

Yungra masuk ke salah satu kafe dan duduk di pojok. Matanya merah. Isak tangis tak mau berhenti dari Yungra.

“mau pesan apa nona?” seorang pria menghampiri Yungra
Yungra diam
“nona?” pria itu menatap Yungra yang menangis. Setelah itu pria tersebut berlalu. Beberapa saat kemudian, pria itu datang dengan dengan segelas capucini dan cake ditangan.” Makanlah” pria itu meletakkan makanan dan minuman tersebut di meja Yungra.
Yungra tetap diam.
Pria itu lalu memutuskan duduk di hadapan Yungra.
“Jangan bersedih” pria itu berkata lembut.

2 tahun kemudian

Aku memandang keluar jendela melalui tempat sekarang aku duduk. Aku memandang tetesan air yang turun membasahi bumi itu. Melihat hujan yang membasahi bumi itu, membuatku teringat masa laluku. Masa lalu yang akhirnya mengantarku ke masa kini.

Aku berjalan mantap menuju altar. Leeteuk, pamanku mendampingiku menuju altar. Disana, pria tampan berjas hitam menantiku dengan senyum terkembang. Pria yang nantinya yang akan menjadi suamiku. Pria yang kutemui saat di kafe itu. Pria itu adalah Sungmin.

“Kuserahkan ia padamu” Leeteuk menyerahkan Yungra pada Sungmin yang menyambutnya dengan senyuman.

Pendeta lalu membacakan janji. Aku mendengar Sungmin berkata dengan mantap “ Aku bersedia” Setelah itu, dengan keyakinan aku pun mejawab pertanyaan pendeta dengan berkata “Yes, I do” Sungmin lalu mencium bibirku. Ciuman yang lembut dan hangat.


YUNGRA POV

Hujan tetap turun dengan derasnya di luar. Tapi kini, tak ada lagi air mata kesedihan. Yang ada kini hanya ada tangis kebahagiaan. Dulu, aku hanya memandang hujan sebagai kesedihan. Aku lupa, setelah hujan pasti ada pelangi. Sesudah kesedihan pasti ada kebahagiaan. Kini, setelah melewati kesedihan akhirnya aku mendapatkan kebahagiaanku bersama dengan Sungmin disisiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar